Beberapa perlakuan yang
diberikan terhadap rubber dapat meng-improve sifat/properties nya. Natural
rubber didapatkan dari latex, latex
adalah sebuah emulsi yang didapatkan dari bagian dalam kayu. Coagulasi rubber dengan pemisahan dan
pengeringan akan menghasilkan “crude
rubber”. Crude rubber ini adalah
Isoprene (2-methyl-1,3-butadiene), dengan rentang berat molekul 300.000. Synthetic rubber diproduksi dengan
polimerisasi dari 1,3-butadiene, chloroprene, isobutene, dan yang lainnya.
Rubber, pada stage “crude rubber” mempunyai sifat soft, sticky, dan thermoplastic. Tensile strenght dan elastisitasnya
masih rendah. Hal ini dapat dijelaskan karena pada stage ini, rubber masih berupa rantai polimer tanpa ikatan silang (cross linking).
Polimer rubber ini akan
membentuk ikatan silang dengan penambahan sulfur dan pemanasan, yang sekarang
kita kenal dengan istilah VULKANISASI. Proses ini ditemukan oleh Charles
Goodyear secara tidak sengaja pada tahun 1839. Ikatan silang yang terjadi pada
campuran rubber dan sulfur mengubah rubber yang semula berbentuk cairan menjadi
rubber yang padat dan kuat. Saat ini, selain sulfur, telah banyak diketahui
zat-zat tambahan yang dapat memanipulasi sifat dari rubber.
Dari proses vulkanisasi
nantinya akan dihasilkan produk rubber yang berguna, sehingga proses
vulkanisasi harus dikontrol. Proses vulkanisasi harus dimulai ketika
dibutuhkan, dipercepat jika diperlukan, dan dihentikan pada waktu yang tepat.
Istilah yang digunakan dalam teknologi rubber adalah
Scorch resistance : adalah lamanya waktu sebelum dimulainya vulkanisasi sampai vulkanisasi
selesai. Diperlukan waktu yang tepat sebelum dimulainya vulkanisasi untuk
mixing, restoring, dan moulding. Vulkanisasi yang prematur atau kurang matang
dapat menyebabkan pecah/retak pada rubber. Ketika satu proses vulkanisasi
dimulai, proses tersebut harus complete dan cepat.
Selain itu, yang perlu
dikontrol selain waktu vulkanisasi adalah :
Molecular Remote Control , diperlukan kontrol untuk interaksi antara molekul
rubber untuk menghasilkan sifat fisik rubber yang diingikan. Molekul organic
tambahan telah ditemukan untuk mengontrol interaksi molekul rubber. Mekanisme
dari MCR ini ada 2, yaitu sebagai : Accelerator dan Premature Vulcanization Inhibitor
Accelerator : akselerator misalnya Sulfenamides,
secara umum bekerja dengan menurunkan waktu yang diperlukan (Onset) untuk
terjadinya vulkanisasi. Dengan mempercepat terbentuknya cross linking atau ikatan silang, makan dapat semakin cepat
dihasilkan rubber padat.
Premature Vulcanization Inhibitor : adalah bahan yang digunakan untuk mencegah vulkanisasi
yang kurang matang. Mekanisme kerjanya adalah menghambat hilangnya
accelerator. Accelerator yang hilang selama proses vulkanisasi akan menyebabkan
prematur vulkanisasi, diharapkan accelerator
tidak banyak yang hilang dengan penambahan PVI ini.
Sumber : Ch S S R Kumar and Avinash M Nijasure. 1997. Vulcanization of Rubber
CV. BCS RUBBER Industry dengan QC systemnya selalu berusaha menggunakan crude rubber bermutu dengan QC selama produksi (In Processing Control), sehingga kami menggunakan suhu, waktu, dan tekanan yang tepat selama proses vulkanisasi.
Sifat baik dari rubber yang diinginkan tetap dipertahankan. Dan secara uji fisik ELASTOMER BEARING PAD dan produk ELASTOMER kami yang lain lolos uji menurut acuan ASSHTO dan ASTM.
Author : Febrina Carolina
Update : 17 Agustus 2012.
MERDEKA !!
Author : Febrina Carolina
Update : 17 Agustus 2012.
MERDEKA !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment