Oleh : Ir. Rony Ardiansyah, MT.
Link : http://ronymedia.wordpress.com/
Dosen Teknik sipil UIR
Akhir-akhir ini kita (di Indonesia) secara bertubi-tubi dihantam gempa, dengan variasi intensitas gempa antara menengah hingga tinggi. Hal ini dikarenakan dua lempeng tektonik raksasa yang bergerak dengan perlahan tapi pasti itu berbenturan, atau dengan kata lain lempengan itu bergesekan di bawah muka bumi Indonesia. Energi yang sangat besar dilepaskan dalam bentuk getaran yang disebarkan dari sumbernya ke segala arah. Getaran inilah yang disebut dan dinamakan oleh ilmuan sebagai ’gempa tektonik’ atau ’gempa’ saja. Banyak sekali akibat yang ditimbulkan oleh gempa antara lain, kerusakan bangunan, penurunan atau peninggian tanah, tanah longsor, tanah pecah atau rengkah, likuidasi, di mana waktu gempa terjadi, pasir bagaikan bubur dan gaya menjadi kecil, sehingga menjadikan bangunan amblas, walaupun tidak rusak.
Seiring dengan kemajuan zaman, dimana karena tuntutan
keterbatasan lahan yang mengharuskan bangunan-bangunan modern di bangun secara vertikal dan menjulang tinggi ke atas. Urgensi pentingnya penguasaan berbagai hal soal konstruksi perendam terhadap getaran gempa, harusnya terus dikembangkan dan disosialisasikan, hal ini dikarenakan posisi wilayah negara Indonesia yang memang terletak di daerah rawan gempa.
Berpikir secara awam saja, bahwa bangunan rendah, rumah tinggal sederhana saja hancur luluh rata dengan dengan tanah akibat gempa berskala sedang sampai tinggi. Lalu bagaimana dengan bangunan tinggi? Akan tetapi, sebagian bangunan tinggi yang dirancang dengan baik malahan tetap kokoh, berdiri tegar dan tanpa rusak sedikitpun, sementara bangunan lainnya sudah hancur berkeping-keping. Apa rahasianya? Bagaimana dengan mekanisme perendam bangunan gempanya? Dan sampai seberapa tangguh struktur yang dirancang untuk meredam getaran gempa itu, dapat kita lihat bersama ulasan berikut ini.
Memang gempa tidak dapat dicegah, tetapi dengan upaya dan perkembangan teknologi getaran gempa dapat diminimalisir. Mengenai upaya-upaya mengembangkan konstruksi tahan gempa di daerah rawan gempa, Ahli Peneliti Utama Bidang Struktur dan Teknologi Gempa Depertemen Pekerjaan Umum (PU) Suwandojo Siddiq mengungkapkan kepada majalah Konstruksi, penggunaan rubber bearing sebagai metode untuk membuat bangunan menjadi aman terhadap gempa. Rubber bearing atau base isolation berfungsi untuk meredam getaran gempa dari dalam tanah, agar tidak masuk atau menjalar ke dalam bangunan bagian atas.
Rubber bearing berupa bantalan yang terbuat dari susunan lembar-lembar karet dan pelat baja. Kedua bahan tersebut, biasanya direkatkan selang-seling, sehingga membentuk bantalan berebentuk silinder yang mampu menahan beban tekan sampai 500 ton (lebih kurang 9 kali beban satu tiang ruko berlantai tiga) perunit. Bantalan karet atau rubber bearing ini, dipasang di bawah bangunan, terletak diantara sisi atas pondasi dan sisi bawah balok pondasi. Bantalan karet ini mampu meredam getaran gempa hingga sebesar 75 persen, sehingga getaran gempa sisanya 25 persen yang diteruskan ke struktur bagunan atas. Dengan demikian bangunan relatif tenang, tidak berguncang saat terjadi gempa sedang sampai gempa kuat.
Pemasangan bantalan karet rubber bearing atau base isolation pada bangunan memiliki berbagai keuntungan. Antara lain: struktur bangunan dapat dibuat lebih ringan dan struktur tidak perlu terlalu kaku, karena getaran sudah diisolasi oleh bantalan karet. Manfaat lain, adalah bahan peredam getaran gempa bantalan karet tersebut, cocok untuk bangunan yang tidak boleh terguncang ketika gempa terjadi, seperti; ruang operasi rumah sakit, pusat data komputer, museum benda keramik kuno, dan lain-lain.
Aplikasi bantalan karet peredam gempa, pernah diuji coba pada beberapa bangunan bertingkat di Indonesia. Hasilnya ketika terjadi gempa, struktur bangunan tersebut dalam kondisi tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan sedikitpun. Pada alas bagunan yang dipasang 15 unit bantalan karet berdiameter 150 milimeter dan tebal 300 milimeter tersebut, ketika terjadi gempa dengan intensitas sedang beberapa tahun yang lalu, struktur bangunan tersebut dalam kondisi tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan sedikitpun hingga kini.
Bantalan karet menjadi sangat populer dan keberadaannya cukup penting untuk meredam gempa, serta banyak digunakan pada bangunan bertingkat tinggi, setelah terjadi gempa kuat yang menghancurkan Kobe, Jepang, pada Januari 1995 lalu. Pada waktu itu, bangunan yang menggunakan bantalan karet, seperti gedung Pusat Telekomunikasi Kobe, selamat tidak mengalami kerusakan berarti. Berdasarkan pengalaman tersebut, bantalan karet terbukti dapat melindungi bangunan penting.***
Link : http://ronymedia.wordpress.com/
Dosen Teknik sipil UIR
Akhir-akhir ini kita (di Indonesia) secara bertubi-tubi dihantam gempa, dengan variasi intensitas gempa antara menengah hingga tinggi. Hal ini dikarenakan dua lempeng tektonik raksasa yang bergerak dengan perlahan tapi pasti itu berbenturan, atau dengan kata lain lempengan itu bergesekan di bawah muka bumi Indonesia. Energi yang sangat besar dilepaskan dalam bentuk getaran yang disebarkan dari sumbernya ke segala arah. Getaran inilah yang disebut dan dinamakan oleh ilmuan sebagai ’gempa tektonik’ atau ’gempa’ saja. Banyak sekali akibat yang ditimbulkan oleh gempa antara lain, kerusakan bangunan, penurunan atau peninggian tanah, tanah longsor, tanah pecah atau rengkah, likuidasi, di mana waktu gempa terjadi, pasir bagaikan bubur dan gaya menjadi kecil, sehingga menjadikan bangunan amblas, walaupun tidak rusak.
Seiring dengan kemajuan zaman, dimana karena tuntutan
keterbatasan lahan yang mengharuskan bangunan-bangunan modern di bangun secara vertikal dan menjulang tinggi ke atas. Urgensi pentingnya penguasaan berbagai hal soal konstruksi perendam terhadap getaran gempa, harusnya terus dikembangkan dan disosialisasikan, hal ini dikarenakan posisi wilayah negara Indonesia yang memang terletak di daerah rawan gempa.
Berpikir secara awam saja, bahwa bangunan rendah, rumah tinggal sederhana saja hancur luluh rata dengan dengan tanah akibat gempa berskala sedang sampai tinggi. Lalu bagaimana dengan bangunan tinggi? Akan tetapi, sebagian bangunan tinggi yang dirancang dengan baik malahan tetap kokoh, berdiri tegar dan tanpa rusak sedikitpun, sementara bangunan lainnya sudah hancur berkeping-keping. Apa rahasianya? Bagaimana dengan mekanisme perendam bangunan gempanya? Dan sampai seberapa tangguh struktur yang dirancang untuk meredam getaran gempa itu, dapat kita lihat bersama ulasan berikut ini.
Memang gempa tidak dapat dicegah, tetapi dengan upaya dan perkembangan teknologi getaran gempa dapat diminimalisir. Mengenai upaya-upaya mengembangkan konstruksi tahan gempa di daerah rawan gempa, Ahli Peneliti Utama Bidang Struktur dan Teknologi Gempa Depertemen Pekerjaan Umum (PU) Suwandojo Siddiq mengungkapkan kepada majalah Konstruksi, penggunaan rubber bearing sebagai metode untuk membuat bangunan menjadi aman terhadap gempa. Rubber bearing atau base isolation berfungsi untuk meredam getaran gempa dari dalam tanah, agar tidak masuk atau menjalar ke dalam bangunan bagian atas.
Rubber bearing berupa bantalan yang terbuat dari susunan lembar-lembar karet dan pelat baja. Kedua bahan tersebut, biasanya direkatkan selang-seling, sehingga membentuk bantalan berebentuk silinder yang mampu menahan beban tekan sampai 500 ton (lebih kurang 9 kali beban satu tiang ruko berlantai tiga) perunit. Bantalan karet atau rubber bearing ini, dipasang di bawah bangunan, terletak diantara sisi atas pondasi dan sisi bawah balok pondasi. Bantalan karet ini mampu meredam getaran gempa hingga sebesar 75 persen, sehingga getaran gempa sisanya 25 persen yang diteruskan ke struktur bagunan atas. Dengan demikian bangunan relatif tenang, tidak berguncang saat terjadi gempa sedang sampai gempa kuat.
Pemasangan bantalan karet rubber bearing atau base isolation pada bangunan memiliki berbagai keuntungan. Antara lain: struktur bangunan dapat dibuat lebih ringan dan struktur tidak perlu terlalu kaku, karena getaran sudah diisolasi oleh bantalan karet. Manfaat lain, adalah bahan peredam getaran gempa bantalan karet tersebut, cocok untuk bangunan yang tidak boleh terguncang ketika gempa terjadi, seperti; ruang operasi rumah sakit, pusat data komputer, museum benda keramik kuno, dan lain-lain.
Aplikasi bantalan karet peredam gempa, pernah diuji coba pada beberapa bangunan bertingkat di Indonesia. Hasilnya ketika terjadi gempa, struktur bangunan tersebut dalam kondisi tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan sedikitpun. Pada alas bagunan yang dipasang 15 unit bantalan karet berdiameter 150 milimeter dan tebal 300 milimeter tersebut, ketika terjadi gempa dengan intensitas sedang beberapa tahun yang lalu, struktur bangunan tersebut dalam kondisi tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan sedikitpun hingga kini.
Bantalan karet menjadi sangat populer dan keberadaannya cukup penting untuk meredam gempa, serta banyak digunakan pada bangunan bertingkat tinggi, setelah terjadi gempa kuat yang menghancurkan Kobe, Jepang, pada Januari 1995 lalu. Pada waktu itu, bangunan yang menggunakan bantalan karet, seperti gedung Pusat Telekomunikasi Kobe, selamat tidak mengalami kerusakan berarti. Berdasarkan pengalaman tersebut, bantalan karet terbukti dapat melindungi bangunan penting.***
Product Finish Seismic Rubber Bearing Pads
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment