Jembatan
merupakan struktur yang melintasi sungai, teluk, atau kondisi-kondisi
lain berupa rintangan yang berada lebih rendah, sehingga memungkinkan
kendaraan, kereta api maupun pejalan kaki melintas dengan lancar dan
aman. Jika jembatan berada di atas jalan lalu lintas biasa maka biasanya
dinamakan viaduct. Jembatan dapat dikatakan mempunyai fungsi keseimbangan (balancing)
sistem transportasi, karena jembatan akan menjadi pengontrol volume dan
berat lalu lintas yang dapat dilayani oleh sistem transportasi. Bila
lebar jembatan kurang menampung jumlah jalur yang diperlukan oleh lalu
lintas, jembatan akan menghambat laju lalu lintas. Struktur jembatan
dapat dibedakan menjadi bagian atas (super struktur) yang terdiri dari deck atau geladak, sistem lantai, dan rangka utama berupa gelagar atau girder, serta bagian bawah (sub struktur) yang terdiri dari pier atau pendukung bagian tengah, kolom, kaki pondasi (footing),
tiang pondasi dan abutmen. Super struktur mendukung jarak horisontal di
atas permukaan tanah. Tipikal jembatan dapat dilihat pada Gambar 9.1.
Untuk
memahami berbagai bentuk struktur jembatan, terlebih dahulu perlu
ditinjau tentang klasifikasi jembatan. Klasifikasi jembatan dapat dibagi
berdasarkan material super strukturnya, penggunanya, sistem struktur
yang digunakan, dan kondisi pendukung. Selain itu juga perlu dipahami
desain konseptual jembatan agar dapat menentukan jenis jembatan yang
sesuai.
9.1.1. Klasifikasi Jembatan
a) Klasifikasi material superstruktur
Menurut material superstrukturnya jembatan diklasifikasikan atas:
? Jembatan baja
Jembatan yang menggunakan berbagai macam komponen dan sistem struktur baja: deck, girder, rangka batang, pelengkung, penahan dan penggantung kabel.
? Jembatan beton
Jembatan yang beton bertulang dan beton prategang
? Jembatan kayu
Jembatan dengan bahan kayu untuk bentang yang relatif pendek
? Jembatan Metal alloy
Jembatan yang menggunakan bahan metal alloy seperti alluminium alloy dan stainless steel
? Jembatan komposit
Jembatan dengan bahan komposit komposit fiber dan plastik
? Jembatan batu
Jembatan yang terbuat dari bahan batu; di masa lampau batu merupakan bahan yang umum digunakan untuk jembatan pelengkung.
b) Klasifikasi berdasarkan penggunanya
? Jembatan jalan
Jembatan untuk lalu lintas kendaraan bermotor
? Jembatan kereta api
Jembatan untuk lintasan kereta api
? Jembatan kombinasi
Jembatan yang digunakan sebagai lintasan kendaraan bermotor dan kereta api
? Jembatan pejalan kaki
Jembatan yang digunakan untuk lalu lintas pejalan kaki
? Jembatan aquaduct
Jembatan untuk menyangga jaringan perpipaan saluran air
c) Klasifikasi berdasarkan sistem struktur yang digunakan
? jembatan I–Girder.
Gelagar utama terdiri dari plat girder atau rolled-I. Penampang I efektif menahan beban tekuk dan geser.
? Jembatan gelagar kotak (box girder)
Gelagar
utama terdiri dari satu atau beberapa balok kotak baja fabrikasi dan
dibangun dari beton, sehingga mampu menahan lendutan, geser dan torsi
secara efektif.
? Jembatan Balok T (T-Beam)
Sejumlah Balok T dari beton bertulang diletakkan bersebelahan untuk mendukung beban hidup
? Jembatan Gelagar Komposit
Plat
lantai beton dihubungkan dengan girder atau gelagar baja yang bekerja
sama mendukung beban sebagai satu kesatuan balok. Gelagar baja terutama
menahan tarik sedangkan plat beton menahan momen lendutan.
? Jembatan gelagar grillage (grillage girder)
Gelagar
utama dihubungkan secara melintang dengan balok lantai membentuk pola
grid dan akan menyalurkan beban bersama-sama ? Jembatan Dek Othotropic
Dek terdiri dari plat dek baja dan rusuk/rib pengaku
? Jembatan Rangka Batang (Truss)
Elemen-elemen
berbentuk batang disusun dengan pola dasar menerus dalam struktur
segitiga kaku. Elemen-elemen tersebut dihubungkan dengan sambungan pada
ujungnya. Setiap bagian menahan beban axial juga tekan dan tarik. Gambar
9.2. menunjukkan Jembatan truss Warren dengan elemen vertikal yang
disebut ”through bridge”, plat dek diletakkan melintasi bagian bawah jembatan
? Jembatan Pelengkung (arch)
Pelengkung merupakan struktur busur vertikal yang mampu menahan beban tegangan axial
? Jembatan Kabel Tarik (Cable stayed)
Gelagar
digantung oleh kabel berkekuatan tinggi dari satu atau lebih menara.
Desain ini lebih sesuai untuk jembatan jarak panjang
? Jembatan Gantung
Gelagar
digantung oleh penggantung vertikal atau mendekati vertikal yang
kemudian digantungkan pada kabel penggantung utama yang melewati menara
dari tumpuan satu ke tumpuan lainnya. Beban diteruskan melalui gaya
tarik kabel. Desain ini sesuai dengan jembatan dengan bentang yang
terpanjang.
d) Klasifikasi berdasarkan kondisi pendukung
Gambar 9.3. menunjukkan tiga perbedaan kondisi pendukung untuk gelagar dan gelagar rangka
? Jembatan dengan pendukung sederhana
Gelagar utama atau rangka batang ditopang oleh roll di satu sisi dan sendi di sisi yang lainnya.
? Jembatan dengan pendukung menerus
Gelagar
atau rangka batang didukung menerus oleh lebih dari tiga sendi sehingga
menjadi sistem struktur yang tidak tetap. Kecenderungan itu lebih
ekonomis karena jumlah sambungan sedikit serta tidak memerlukan
perawatan. Penurunan pada pendukung sebaiknya dihindari.
? Jembatan gerber (jembatan kantilever)
Jembatan menerus yang dibuat dengan penempatan sendi di antara pendukung.
? Jembatan rangka kaku
Gelagar terhubung secara kaku pada sub struktur
9.1.2. Desain Konseptual
Desain
jembatan merupakan sebuah kombinasi kreasi seni, ilmu alam, dan
teknologi. Desain konseptual merupakan langkah awal yang harus di ambil
perancang untuk mewujudkan dan menggambarkan jembatan untuk menentukan
fungsi dasar dan tampilan, sebelum dianalisa secara teoritis dan membuat
detail-detail desain. Proses desain termasuk pertimbangan faktor-faktor
penting seperti pemilihan sistem jembatan, material, proporsi, dimensi,
pondasi, estetika dan lingkungan sekitarnya. Perencanaan jembatan
secara prinsip dimaksudkan untuk mendapatkan fungsi tertentu yang
optimal. Proyek jembatan diawali dengan perencanaan kondisi yang
mendasar. Untuk mendapatkan tujuan yang spesifik, jembatan memiliki
beberapa arah yang berbeda-beda; lurus, miring atau tidak simetris, dan
melengkung horisontal seperti terlihat pada Gambar 9.4. Jembatan lurus
mudah di rencanakan dan dibangun tetapi memerlukan bentang yang panjang.
Jembatan miring atau jembatan lengkung umumnya diperlukan untuk jalan
raya jalur cepat (expressway) atau jalan kereta api yang
memerlukan garis jalan harus tetap lurus atau melengkung ke atas, sering
memerlukan desain yang lebih sulit. Lebar jembatan tergantung pada
keperluan lalu lintasnya. Untuk jembatan layang, lebarnya ditentukan
oleh lebar jalur lalu lintas dan lebar jalur pejalan kaki, dan
seringkali disamakan dengan lebar jalannya.
Estetika – selaras dengan lingkungan
Jembatan
harus berfungsi tidak saja sebagai jalan, tetapi struktur dan bentuknya
juga harus selaras dan meningkatkan nilai lingkungan sekitarnya.
Meskipun terdapat perbedaan pandangan estetika dalam teknik jembatan,
Svensson (1998) menyarankan:
? Pilih
sistem struktur yang bersih dan sederhana seperti balok, rangka,
pelengkung atau struktur gantung; jembatan harus terlihat terpercaya dan
stabil;
? Terapkan proporsi tiga dimensional yang indah, antar elemen struktural atau panjang dan ukuran pintu masuk jembatan
?
Satukan semua garis pinggir struktur, yang menentukan tampilannya.
Kekurangan salah satu bagian tersebut akan dapat menyebabkan kekacauan,
kebimbangan dan perasaan ragu-ragu.
Transisi dari bentuk garis lurus ke garis lengkung akan membentuk parabola.
?
Perpaduan yang sesuai antara struktur dan lingkungannya akan menjadi
lansekap kota. Sangat perlu skala struktur dibandingkan skala lingkungan
sekitarnya.
? Pemilihan material akan sangat berpengaruh pada estetika
? Kesederhanaan dan pembatasan pada bentuk struktural asli sangat penting
? Tampilan yang menyenangkan dapat lebih ditingkatkan dengan pemakaian warna
? Ruang di atas jembatan sebaiknya dibentuk menjadi semacam jalan yang dapat berkesan dan membuat pengendara merasa nyaman.
? Strukturnya harus direncanakan sedemikian rupa sehingga aliran gaya dapat diamati dengan jelas
? Pencahayaan yang cukup akan dapat meningkatkan tampilan jembatan pada malam hari.
Gambar
9.5. berikut menunjukkan konsep rancangan jembatan Ruck-a-Chucky
melintasi sungai Amerika sekitar 17 km dari bendungan Auburn di
California. Anker kabel untuk Lengkung horisontal kabel penahan jembatan
sepanjang 396 m direncanakan di sisi bukit. Meskipun jembatan ini tidak
pernah dibangun, desain ini sesuai dengan topografi lingkungan
sekitarnya, dan merupakan sebuah desain yang sangat memahami lingkungan.
e) Pemilihan Jenis Jembatan
Pemilihan
jenis-jenis jembatan merupakan tugas yang kompleks untuk memenuhi
keinginan pemilik. Tabel 9.1. menunjukkan format matriks evaluasi yang
dapat digunakan untuk memilih jenis-jenis jembatan. Untuk poin yang ada
pada tabel tersebut untuk faktor prioritas diberikan penilaian 1 – 5 ( 1
= rendah; 2 = standar; 3 = tinggi; 4 = tinggi sekali; 5 = sangat
tinggi). Tingkat kualitas diberikan dalam skala 1 – 5 (1 = kurang; 2 =
cukup; 3 = bagus; 4 = sangat bagus; 5 = sempurna). Bobot penilaian
berisi perkalian faktor prioritas dengan faktor tingkat kualitas dan
dihitung untuk setiap alternatif jenis jembatan. Jembatan dengan jenis
yang memiliki total nilai tertinggi akan menjadi alternatif terbaik.
Tipe
jembatan umumnya ditentukan oleh berbagai faktor seperti beban yang
direncanakan, kondisi geografi sekitar, jalur lintasan dan lebarnya,
panjang dan bentang jembatan, estetika, persyaratan ruang di bawah
jembatan, transportasi material konstruksi, prosedur pendirian, biaya
dan masa pembangunan. Tabel 9.2. berikut menunjukkan aplikasi panjang
bentang beberapa tipe jembatan.
9.1.3. Bentuk Struktur Jembatan
Kemajuan
pengetahuan dan teknologi di bidang jembatan sejalan dengan kemajuan
peradaban manusia. Bentuk jembatan juga berkembang dari jembatan
sederhana hingga jembatan kabel, yang penggunaannya akan disesuaikan
dengan keperluan atau kebutuhan.
A. Jembatan Sederhana
Pengertian
jembatan sederhana adalah ditinjau dari segi konstruksi yang mudah dan
sederhana, atau dapat diterjemahkan struktur terbuat dari bahan kayu
yang sifatnya darurat atau tetap, dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa
peralatan modern canggih. Sesederhana apapun struktur dalam perencanaan
atau pembuatannya perlu memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu gaya
(mekanika), beban yang bekerja, kelas jembatan, peraturan teknis dan
syarat-syarat kualitas (cheking) Di masa lampau untuk
menghubungkan sungai cukup dengan menggunakan bambu, atau kayu
gelondongan. Bila dibanding dengan bahan lain seperti baja, beton atau
lainnya, bahan kayu merupakan bahan yang potensial dan telah cukup lama
dikenal oleh manusia. Pada saat bahan baja dan beton digunakan untuk
bahan jembatan, bahan kayu masih memegang fungsi sebagai lantai
kendaraan.
Sifat-sifat Jembatan Kayu
Jembatan kayu merupakan jembatan dengan material yang dapat diperbaharui (renewable).
Kayu adalah sumber daya alam yang pemanfaatannya akhir-akhir ini lebih
banyak pada bidang industri kayu lapis, furnitur, dan dapat dikatakan
sangat sedikit pemakaiannya dalam bidang jembatan secara langsung
sebagai konstruksi utama. Pemakaian kayu sebagai bahan jembatan
mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
???? Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah, dan dapat dikerjakan dengan alat yang sederhana
???? Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus dan tenaga ahli yang tinggi
????
Jembatan kayu lebih suka menggunakan dek dari kayu sehingga
menguntungkan untuk lokasi yang terpencil dan jauh dari lokasi pembuatan
beton siap pakai (ready mix concrete). Dek kayu dapat dipasang tanpa bekisting dan tulangan sehingga menghemat biaya
???? Kayu tidak mudah korosi seperti baja atau beton
???? Kayu merupakan bahan yang sangat estetik bila didesain dengan benar dan dipadukan dengan lingkungan sekitar
Dari
penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa jembatan kayu untuk konstruksi
jembatan berat dengan bentang sangat panjang sudah tidak ekonomis lagi.
Jadi jembatan kayu lebih sesuai untuk konstruksi sederhana dengan
bentang pendek.
B. Jembatan Gelagar Baja
Baja
mempunyai kekuatan, daktilitas, dan kekerasan yang lebih tinggi
dibanding bahan lain seperti beton atau kayu, sehingga menjadikannya
bahan yang penting untuk struktur jembatan. Pada baja konvensional,
terdapat beberapa tipe kualitas baja (high-performance steel/HPS)
yang dikembangkan untuk diaplikasikan pada jembatan. HPS mempunyai
keseimbangan yang optimal seperti kekuatan, kemampuan di las, kekerasan,
daktilitas, ketahanan korosi dan ketahanan bentuk, untuk tampilan
maksimum struktur jembatan dengan mempertahankan biaya yang efektif.
Perbedaan utama dengan baja konvensional terletak pada peningkatan
kemampuan di las dan kekerasan. Aspek yang lain seperti ketahan korosi
dan daktilitas, sama. Jembatan gelagar merupakan struktur yang sederhana
dan umum digunakan. Terdiri dari slab lantai (floor slab), gelagar
(girder), dan penahan (bearing), yang akan mendukung dan menyalurkan
beban gravitasi ke sub struktur. Gelagar menahan momen lendut dan gaya
geser dengan menggunakan jarak bentang yang pendek. Gelagar baja
dibedakan menjadi plat dan gelagar kotak. Gambar 9.6. menunjukkan
komposisi struktur plat dan gelagar jembatan serta bagian penyaluran
beban.
Pada jembatan gelagar plat,
beban hidup didukung oleh langsung oleh slab dan kemudian oleh gelagar
utama. Pada jembatan gelagar kotak, pertama kali beban diterima oleh
slab, kemudian didukung oleh balok melintang (stringer) dan
balok lantai yang terangkai dengan gelagar kotak utama, dan akhirnya
diteruskan ke substruktur dan pondasi melalui penahan. Gelagar dibedakan
menjadi non komposit dan komposit dilihat dari apakah gelagar baja
bekerja sama dengan slab beton (menggunakan sambungan geser) atau tidak.
Pilihan penggunaan perlengkapan yang terbuat dari baja dan beton pada
gelagar komposit sering merupakan suatu keputusan yang rasional dan
ekonomis. Bentuk I non komposit jarang digunakan untuk jembatan bentang
pendek non komposit.
Gelagar Datar (Plate ) Non Komposit
Gelagar
datar adalah bentuk yang paling ekonomis untuk menahan lentur dan gaya
geser serta memiliki momen inersia terbesar untuk berat yang relatif
rendah setiap unit panjangnya. Gambar 9.7. menunjukkan sebuah jembatan
gelagar datar sepanjang 30 m dan lebar 8,5 m dengan 4 gelagar utama.
Beban gravitasi didukung oleh beberapa gelagar datar utama yang terbuat
dari hasil pengelasan 3 bagian: sayap atas dan bawah dan penghubung-nya (web).
Gambar 9.8. menunjukkan sebuah gelagar datar dan proses pembentukannya.
Penghubung dan sayap-sayapnya dibentuk dari potongan plat baja dan
dilas. Potongan-potongan dirangkai di pabrik dan kemudian dibawa ke
lokasi pembangunan untuk didirikan.
Beberapa faktor penting dalam perencanaan jembatan gelagar :
Pengaku web
Pengaku vertikal dan horisontal (Gambar 9.9) biasanya diperlukan apabila web relatif tipis. Momen lendut menghasilkan gaya tekan dan gaya tarik pada web, dipisahkan oleh aksis netral. Pengaku membujur/horisontal mencegah tekukan web akibat lendutan dengan memberi tekanan pada bagian atas web (setengah
bagian ke atas pada gelagar penopang sederhana). Karena momen lendut
terbesar berada di dekat pertengahan panjang gelagar pendukung
sederhana, pengaku horisontal akan di tempatkan pada bagian ini. Pengaku
horisontal tidak disarankan hingga mencapai batas ketahanannya. Pengaku
vertikal mencegah tekukan-geser dan memberikan kemampuan tekukan-geser
lebih elastis dengan tegangan lapangan. Pengaku horisontal ditempatkan
lebih dekat dengan pendukung karena gaya geser terbesar ada pada bagian
tersebut. Penahan pengaku juga diperlukan untuk menahan reaksi gaya yang
besar, yang akan didesain tersendiri apabila terdapat gaya tegangan
yang lain. Apabila web tidak terlalu dalam dan ketebalannya tidak
terlalu tipis tidak diperlukan adanya pengaku sehingga biaya produksi
bisa dikurangi.
C. Jembatan Gelagar Komposit
Apabila dua buah balok bersusun secara sederhana (tiered beam)
seperti yang terlihat pada Gambar 9.10.a, mereka bekerja secara
terpisah dan beban geser tergantung pada kekakuan lenturnya. Pada kasus
tersebut, gelincir terjadi di sepanjang batas balok. Tetapi jika kedua
balok dihubungkan dan gelincir ditahan seperti pada Gambar 9.10.b,
mereka bekerja sebagai satu kesatuan gelagar komposit. Untuk jembatan
gelagar datar komposit, gelagar baja dan slab beton dihubungkan dengan
sambungan geser. Dengan cara ini, slab beton akan menyatu dengan
gelagar dan menjadi komponen tekan dari momen lendutan pada saat gelagar
datar baja mendapat gaya tarik. Gelagar komposit lebih efektif
dibandingkan dengan gelagar bertingkat sederhana. Gambar 9.11.
menunjukkan perbedaan antara balok tier dan balok komposit. Penampang
keduanya sama dan mendapat pembebanan terpusat pada tengahnya. Momen
inersia balok komposit 4 kali lebih besar daripada balok tier, sehingga
defleksi yang terjadi hanya ¼ nya. Tekanan lendut maksimum di permukaan
(atas atau bawah) hanya ½ dari konfigurasi balok tier.
Distribusi
tekanan yang sesuai ditunjukkan pada gambar berikut. Poin ’S’ dan ’V’
merupakan pusat profil baja dan penampang komposit. Menurut teori,
distribusi tegangan adalah linier tetapi distribusi tekanan berubah pada
batas antara baja dan beton.
Tiga tipe sambungan geser, studs, horse shoes dan
blok baja ditunjukkan pada Gambar 9.12. Studs lebih umum digunakan
karena lebih mudah dilas ke sayap tegangan dengan menggunakan pengelasan
elektrik, tetapi sulit dalam pemeriksaannya. Jika pengelasan pada stud
kurang, stud dapat bergeser dan menyebabkan kerusakan. Tipe yang lain
menjadi pertimbangan karena lebih mudah pemeliharaannya. Sambungan geser
diletakkan mendekati akhir bentang dimana terjadi gaya geser terbesar.
Gelagar Kisi-Kisi (grillage girder)
Jika
gelagar diletakkan berbaris dan dihubungkan melintang dengan balok
lantai, beban truk didistribusikan oleh balok lantai ke gelagar. Sistem
ini disebut gelagar kisi-kisi (grillage girder). Jika gelagar
utama berupa gelagar datar, harus dipertimbangkan tidak adanya kekakuan
dalam puntir. Di sisi lain, gelagar kotak dan gelagar beton dapat
dianalisa dengan asumsi terdapat kekakuan untuk menahan puntir. Balok
lantai meningkatkan kemampuan menahan puntir di seluruh sistem struktur
jembatan. Gambar 9.13. menunjukkan distribusi beban dalam sistem
kisi-kisi. Kisi-kisi mempunyai tiga gelagar dengan satu balok lantai di
pertengahan bentangnya. Dalam hal ini, terdapat 3 nodal/titik pada
perpotongan gelagar dan balok lantai tetapi hanya ada 2 persamaan ( V = 0
dan M = 0). Jika perpotongan antara gelagar utama B dan balok lantai
diputuskan, dan diterapkan sepasang kekuatan tak tentu ’X’ di titik ’b’
seperti pada gambar, X dapat diperoleh dengan menggunakan kondisi yang
sesuai di titik ’b’. Bila kekuatan ’X’ didapatkan, kekuatan setiap
bagian gelagar dapat dihitung. Sistem struktur tersebut dapat
diaplikasikan pada desain praktis jembatan gelagar datar.
Gelagar Plat dengan Jarak Luas (Widely Spaced Plate Girder)
Sebuah
konsep desain jembatan baja dikembangkan dengan meminimalkan jumlah
gelagar dan bagian-bagian fabrikasi, sehingga dapat mengurangi nilai
konstruksinya. Jarak antar gelagar dibuat lebar dan pengaku lateral
diabaikan. Contoh Gambar 9.14. berikut menunjukkan jembatan yang hanya
mempunyai dua gelagar dengan jarak 5.7 m dan ketebalan geladak slab
beton pratekan 320 mm.
Gelagar Kotak (box girder)
Jembatan
gelagar kotak tersusun dari gelagar longitudinal dengan slab di atas
dan di bawah yang berbentuk rongga (hollow) atau gelagar kotak. Tipe
gelagar ini digunakan untuk jembatan bentang panjang. Bentang sederhana
sepanjang 40 ft (+ 12 m) menggunakan tipe ini, tetapi bentang gelagar
kotak beton bertulang lebih ekonomis pada bentang antara 60 – 100 ft (+
18 – 30 m) dan biasanya didesain sebagai struktur menerus di atas pilar.
Gelagar kotak beton prategang dalam desain biasanya lebih menguntungkan
untuk bentang menerus dengan panjang bentang + 300 ft (+ 100 m).
Keutamaan gelagar kotak adalah pada tahanan terhadap beban torsi.
Pada
kondisi lapangan dimana tinggi struktur tidak terlalu dibatasi,
penggunaan gelagar kotak dan balok T kurang lebih mempunyai nilai yang
sama pada bentang 80 ft (+ 25 m). Untuk bentang yang lebih pendek, tipe
balok T biasanya lebih murah, dan untuk bentang yang lebih panjang,
lebih sesuai menggunakan gelagar kotak. Bentuk struktur gelagar kotak
diperlihatkan pada Gambar 9.15. Gelagar kotak merupakan bagian tertutup
sehingga mempunyai ketahanan puntir yang tinggi tanpa kehilangan
kekuatan menahan lendut dan geser. Selain itu, gelagar datar merupakan
bagian terbuka yang secara efektif menahan lendut dan geser. Ortotropik
dek, plat baja dengan pengaku membujur dan melintang sering digunakan
untuk geladak pada gelagar kotak atau struktur dinding tipis pada slab
beton untuk jembatan bentang panjang.
Puntiran
ditahan dalam dua bagian, yaitu puntir murni dan puntir tersembunyi.
Ketahanan puntir murni untuk gelagar profil I bisa diabaikan. Untuk
bagian tertutup seperti gelagar kotak, puntir murni harus
dipertimbangkan, sesuai untuk jembatan lengkung atau jembatan bentang
panjang. Di sisi lain, puntir tersembunyi untuk bagian kotak bisa
diabaikan. Gelagar profil I mempunyai ketahanan tersembunyi tetapi tidak
sebesar puntir murni pada bagian tertutup.
D. Jembatan beton bertulang
Gambar 9.16. menunjukkan jenis bagian beton bertulang yang biasa digunakan pada superstruktur jembatan jalan raya.
Slab
Slab
beton bertulang merupakan supersturktur jembatan yang paling ekonomis
untuk bentang sekitar 40 ft / 12.2 m. Slab mempunyai detail yang
sederhana, formwork standar, rapi, sederhana, dan tampilan menarik.
Umumnya bentang berkisar antara 16 -44 ft (4.9 – 13.4 m) dengan
perbandingan ketebalan dan bentang struktur 0.06 untuk bentang sederhana
dan 0.045 untuk bentang menerus.
Balok T ( gelagar dek)
Balok
T seperti yang terlihat pada Gambar 9.16.b, ekonomis untuk bentang 40 –
60 ft (12.2 – 18.3 m) tetapi untuk jembatan miring memerlukan formwork
yang rumit. Perbandingan tebal dan bentang struktur adalah 0.07 untuk
bentang sederhana dan 0.065 untuk bentang menerus. Jarak antar gelagar
pada jembatan balok-T tergantung pada lebar jembatan secara keseluruhan,
ketebalan slab, dan biaya formwork sekitar 1.5 kali ketebalan struktur.
Jarak yang umum digunakan antara 6 – 10 ft ( 1.8 – 3.1 m).
Gelagar kotak cast-in-place
Gelagar kotak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.16.c. sering digunakan untuk bentang 50 – 120 ft (15.2 – 36.6 m). Formwork untuk
struktur miring lebih sederhana daripada untuk balok-T. Terkait dengan
pembelokan akibat beban mati, penggunaan gelagar sederhana beton
bertulang melebihi bentang 100 ft (30.5 m) atau lebih menjadi tidak
ekonomis. Perbandingan tebal dan bentang struktur umumnya 0.06 untuk
bentang sederhana dan 0.55 untuk bentang menerus dengan ruang gelagar
1.5 kali ketebalan struktur. Ketahanan puntir gelagar kotak yang besar
membuat gelagar tersebut dapat digunakan untuk bentuk lengkung seperti
lereng pada jalan. Garis lengkung yang lembut menjadi hal yang menarik
pada kota metropolitan.
E. Jembatan Beton Prestress / pratekan
Beton
pratekan dengan bahan berkekuatan tinggi merupakan alternatif menarik
untuk jembatan bentang panjang. Bahan ini dipergunakan secara luas pada
struktur jembatan sejak tahun 1950-an.
Slab
Gambar
9.17. menunjukkan standar tipe-tipe slab precast beton pratekan. Jika
slab cast-in-place pratekan lebih mahal dari pada slab beton bertulang,
slab precast beton pratekan lebih ekonomis apabila digunakan untuk
beberapa bentang. Umumnya bentangan berkisar antara 20 – 50 ft (6.1 –
15.2 m). Perbandingan tebal dan bentangnya 0.03 baik untuk bentang
sederhana maupun menerus.
Gelagar I – precast
Gambar-gambar
9.18; 9.19; dan 9.20. menunjukkan standar tipe-tipe balok-I, gelagar-I,
dan Gelagar Bulb-Tee. Bersaing dengan gelagar baja, umumnya lebih mahal
dibanding beton bertulang dengan perbandingan tebal dan bentang yang
sama. Formwork lebih rumit, terutama untuk struktur miring. Bagian ini
dapat diaplikasikan untuk bentang 30-120 ft (9.1 – 36.6 m). Perbandingan
tebal dan bentang struktur adalah 0.055 untuk bentang sederhana dan
0.05 untuk bentang menerus.
Gelagar Kotak
Gambar 9.21. menunjukkan standar tipe kotak precast dan Gambar 9.22. menunjukkan standar precast gelagar ’bathtub’. Dalam bentuk cast-inplace gelagar
kotak beton pratekan serupa dengan gelagar kotak beton bertulang
konvensional. Untuk bentang struktur 100 – 600 ft (30.5 – 182.9 m) jarak
antar gelagar umumnya menggunakan dua kali lipat dari tebal struktur.
Perbandingan tebal dan bentang struktur 0.045 untuk bentang sederhana
dan 0.04 untk bentang menerus. Bagian ini sering digunakan untuk bentang
sederhana lebih dari 100 ft (30.5 m) dan sesuai untuk memperlebar
kontrol defleksi. Sekitar 70 – 80 % sistem jembatan jalan raya di
California terdiri dari jembatan gelagar kotak beton pratekan.
Segmental Jembatan Beton
Pembangunan
jembatan beton yang terbagi menjadi beberapa segmen sukses dikembangkan
dengan konsep kombinasi pratekan, gelagar kotak, dan konstruksi
kantilever. Jembatan gelagar kotak dengan segmen pratekan telah dibangun
pertama kali di Eropa Barat pada 1950. Jembatan California’s Pine
Valley seperti yang ditunjukkan gambar 9.23. terdiri 3 bentangan 340 ft
(103.6 m), 450 ft (137.2 m), dan 380 ft (115.8 m) dengan pier setinggi
340 ft (103.6), merupakan jembatan cast-in-place segmental pertama yang
dibangun di Amerika Serikat tahun 1974. Jembatan pratekan segmental
dengan segmen pratekan atau cast-in-place dapat diklasifikasikan menurut
metode konstruksi menjadi: (1) kantilever penyeimbang, (2) bentang per
bentang, (3) pengadaan incremental, dan (4) pentahapan. Pemilihan antara segmen cast-in-place,
pratekan atau berbagai metode konstruksi yang lain tergantung pada
jenis proyek, kondisi lapangan,batasan lingkungan dan publik, waktu
pelaksanaan konstruksi, dan ketersediaan alat.
F. Jembatan jaringan baja bergelombang / corrugated stell web bridge
Jembatan
jaringan baja bergelombang digunakan dalam beton pratekan untuk
mengurangi berat dan meningkatkan panjang bentang. Jaringan bergelombang
mempunyai kelebihan tidak mengurangi kekuatan axial dengan efek
akordion, sehingga kekuatan pratekan di dalam beton menjadi lebih
efektif. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 9.24.
G. Jembatan Rangka Batang (Truss Bridge)
Struktur
jembatan rangka batang ditunjukkan pada Gambar 9.25. yang menunjukkan
jembatan dengan geladak yang berada pada level terendah dari penghubung
antar bagiannya. Slab menahan beban hidup didukung oleh sistem balok
lantai dan balok silang. Beban disalurkan ke
rangka
batang utama pada titik sambungan pada setiap sisi jembatan, hingga
pada sistem lantai dan akhirnya pada penahan. Penguat lateral, yang juga
berbentuk rangka batang, mengkaitkan bagian atas dan bawah penghubung
untuk menahan kekuatan horisontal seperti angin dan beban gempa seperti
momen torsi/puntir. Rangka portal pada pintu masuk merupakan transisi
kekuatan horisontal dari bagian atas ke bagian substruktur. Jembatan
rangka batang dapat mengambil bentuk geladak jembatan yang melintasi
jembatan. Pada contoh ini, slab beton menjulang ke atas, dan
pengikat/penahan goyangan diletakkan di antara elemen vertikal dari dua
rangka utama untuk menahan stabilitas lateral.
Rangka
baja terdiri atas bagian atas dan bagian rendah yang dihubungkan oleh
elemen diagonal dan vertikal (elemen web). Rangka tersebut akan
bertindak sesuai dengan gaya balok di atas dan bawah rangkaian seperti
sayap dan pengikat diagonal akan bertindak yang sama sebagai plat web.
Rangkaian terutama akan menahan momen tekuk sedangkan elemen web akan
menahan gaya geser. Rangka batang merupakan rangkaian batang-batang,
juga bukan merupakan plat atau lembaran, sehingga merupakan alternatif
termudah untuk didirikan di lokasi dan sering digunakan untuk jembatan
yang panjang
Pada
gambar 9.26. ditunjukkan beberapa tipe rangka batang. Warren truss
merupakan tipe yang paling umum dan rangka tersebut terbentuk dari
segitiga samakaki yang dapat menahan gaya tekan dan gaya tarik. Elemen
web Pratt truss berupa elemen vertikal dan diagonal. Elemen diagonal
mengarah ke pusat dan hanya untuk menahan gaya tarik. Pratt truss sesuai
untuk jembatan baja karena kemampuan menahan gaya tariknya sangat
efektif. Elemen vertikal Pratt truss mendapat gaya tekan. Howe truss
hampir sama dengan Pratt hanya elemen diagonalnya mengarah ke bagian
akhir, menahan gaya tekan axial, dan elemen vertikal menahan gaya tarik.
Jembatan
kayu sering menggunakan Howe truss karena pada sambungan diagonal kayu
lebih banyak mendapat gaya tekan. Dinamakan K-truss karena elemen web
yang berbentuk ”K” paling ekonomis pada jembatan besar karena panjang
elemen yang pendek akan mengurangi resiko tekuk.
Analisa struktural dan tekanan sekunder
Truss
adalah sebuah bentuk struktur batang, secara teoritis dihubungkan
dengan engsel membentuk segitiga yang stabil. Rangka batang terbentuk
dari unit berbentuk segitiga agar stabil. Elemen-elemen diasumsikan
hanya untuk menahan regangan atau gaya tekan axial. Secara statika
rangka batang dapat dianalisa hanya dengan menggunakan persamaan
keseimbangan. Jika kurang dari stabilitas yang disyaratkan, maka tidak
dapat ditentukan hanya dengan persamaan keseimbangan saja.
Ketidaksesuaian penempatan harus diperhatikan. Ketidaktetapan internal
maupun eksternal rangka batang sebaiknya diselesaikan dengan menggunakan
perangkat lunak/program komputer.
Dalam
prakteknya, elemen-elemen truss dihubungkan ke plat sambung dengan
menggunakan baut berkemampuan tinggi (lihat gambar 9.27), bukan engsel
rotation-free, sederhana karena lebih mudah di rangkai. Kondisi ’jepit’
seperti teori tidak terlihat pada bidang tersebut. Ketidaksesuaian
tersebut menyebabkan tegangan sekunder (tegangan tekung) pada
elemen-elemen tersebut. Tegangan sekunder didapatkan dengan analisa
struktural rangka kaku dan biasanya kurang dari 20% tegangan utama
axial. Jika elemen rangka batang sudah direncanakan dengan baik, angka
kelangsingan batang cukup besar dan tidak ada tekuk, maka tegangan
sekunder dapat diabaikan.
H. Jembatan Rangka Kaku (Rigid Frame) / Jembatan Rahmen
Elemen-elemen
dihubungkan secara kaku dalam struktur ’rahmen’ atau rangka kaku. Tidak
seperti truss dan jembatan lengkung yang akan dibicarakan pada bagian
lain, seluruh elemen akan menerima baik gaya axial maupun momen tekuk.
Gambar 9.28. berikut ini menunjukkan berbagai tipe jembatan rahmen.
Elemen jembatan rangka kaku lebih besar dari pada sebuah tipe bangunan.
Konsekuensinya pemusatan tekanan terjadi di sambungan balok dan kolom
sehingga harus direncanakan dengan tepat. Pendukung jembatan rahmen,
engsel atau jepit, menjadikannya struktur yang tak tentu, sehingga tidak
sesuai pada kondisi pondasi yang terbenam. Reaksi pendukung berupa
kemampunan horisontal dan vertikal pada engsel dan dengan penambahan
momen tekuk pada tumpuan jepit.
Rangka Portal
Rangka portal adalah desain sederhana dan bisa dipergunakan secara luas untuk pier atau
pendukung jembatan jalan raya yang diangkat karena ruang di bawahnya
dapat digunakan secara efektif untuk jalan yang lain atau area parkir.
Pendukung ini, telah dibuktikan penggunaannya padagempa bumi Kobe di
jepang tahun 1995, lebih ulet sehingga akan lebih kuat dan mampu
menyerap energi lebih banyak dari pada pier kolom tunggal.
? – Rahmen
Desain
? – Rahmen biasanya digunakan untuk jembatan di daerahpegunungan dengan
struktur pondasinya yang kuatdan kokoh sehingga dapat melintasi lembah
dengan bentang yang relatif panjang. Selain itu dapat juga untuk
jembatan yang melintasi jalan raya jalur cepat. Seperti yang ditunjukkan
pada model struktur ? – Rahmen gambar 9.29. Adanya dua lengan pendukung
gelagar utama menyebabkan tegangan axial pada pusat panjang gelagar.
Beban hidup pada geladak disalurkan pada gelagar utama melalui sistem
lantai. Engsel tengah mungkin dimasukkan pada gelagar untuk membentuk
gelagar gerber. Jembatan model A-V leg rahmen sama dengan jembatan ? –
Rahmen tetapi memungkinkan bentang yang lebih panjang tanpa gaya axial
di pusat bentang gelagar.
Jembatan Vierendeel
Jembatan
vierendeel merupakan rangka kaku dimana bagian atas dan bawah rangkaian
dihubungkan secara kaku ke elemen vertikal. Seluruh elemen diarahkan ke
arah axial dan gaya geser seperti momen lentur. Kondisi ini merupakan
sistem internal yang sangat tidak tentu. Analisa rangka vierendeel harus
mempertimbangkan tegangan sekunder. Bentuk jembatan ini lebih kaku
daripada jembatan lengkung Langer atau Lohse yang hanya mempunyai elemen
penahan gaya axial.
I. Jembatan Pelengkung (Arch Bridge)
Bingkai
atau rusuk pelengkung seperti balok lingkar yang tidak hanya vertikal
tetapi juga horisontal pada kedua ujungnya, dan akan mendukung reaksi
vertikal dan horisontal. Gaya horisontal akan menyebabkan tegangan axial
yang akan menambah momen tekuk pada rusuk lengkung. Momen tekuk akan
menyebabkan keseimbangan gaya horisontal dengan beban gravitasi.
Dibandingkan dengan gaya axial, akibat momen tekuk biasanya kecil. Hal
itulah yang menyebabkan mengapa lengkung sering dibuat dari bahan yang
mampu menahan gaya tekan tinggi seperti beton, batu, atau batu bata.
Tipe Pelengkung
Jembatan
lengkung meliputi geladak jalan dan lengkung pendukung. Berbagai tipe
pelengkung diperlihatkan pada Gambar 9.30. Garis tebal menunjukkan
elemen penahan momen tekuk, geser dan gaya axial. Sedangkan garis tipis
menunjukkan elemen yang hanya menerima gaya axial. Jembatan pelengkung
dikelompokkan ke dalam geladak, dan tipe geladak tergantung lokasi
permukaan jalan. Geladak pada semua tipe jembatan digantung oleh kolom
vertikal maupun pelengkung penggantung, secara struktural sama dengan
gaya axial, baik gaya tekan maupun gaya tarik pada elemen-elemennya.
Perbedaannya terletak pada elemen vertikal geladak jembatan menahan gaya
tekan dan penggantung menahan gaya tarik. Beban hidup hanya membebani
pelengkung secara tidak langsung. Tipe struktur dasar pelengkung adalah
pelengkung 2 sendi/engsel. Pelengkung 2 sendi mempunyai satu derajat
tingkat ketidakpastian eksternal karena terdapat 4 reaksi akhir. Jika
satu sendi ditambahkan pada mahkota pelengkung, membentuk pelengkung 3
sendi, hal ini akan menjadikan lebih pasti/kokoh. Jika akhiran diklem,
menjadi pelengkung jepit/kaku, maka akan mejadi ketidakpastian tingkat
ketiga. Pelengkung dibentuk oleh dua sendi dengan pengikat dan pendukung
sederhana. Pelengkung yang diikat, secara eksternal dalam kondisi
mantap, tetapi secara internal dalam kondisi satu derajat tingkat
ketidakpastian. Struktur lantai tergantung pada pelengkung dan terpisah
dari pengikat.
Jembatan Langer
Pelengkung
Langer dianalisa dengan asumsi bahwa rusuk pelengkung hanya menahan
gaya tekan axial. Rusuk pelengkung tipis, tetapi gelagar tebal dan mampu
menahan momen dan geser sebaik gaya tarik axial. Gelagar jembatan
langer dianggap sebagai rusuk pelengkung yang diperkuat. Gambar 9.31,
menunjukkan komponen struktural jembatan Langer.
Jika diagonal digunakan pada web, disebut Langer truss.
Perbedaan Langer truss dengan truss standar bahwa pada rangkaian bawah
berupa gelagar sebagai pengganti batang. Jembatan Langer mantap sebagai
eksternal dan tidak pasti secara internal. Jembatan Langer tipe geladak
sering disebut ”reversed” / kebalikan Langer.
Jembatan Lohse
Jembatan
Lohse hampir sama dengan jembatan Langer, hanya saja jembatan Lohse
lebih mampu menahan lentur di rusuk pelengkung seperti halnya gelagar.
Dengan asumsi tersebut, jembatan Lohse lebih kaku daripada jembatan
Langer. Distribusi momen lentur pada rusuk pelengkung dan gelagar
tergantung pada rasio kekakuan dua elemen yang ditetapkan perancang.
Jembatan pelengkung Lohse dapat dianggap sebagai balok terikat yang
dihubungkan dengan elemen vertikal. Elemen vertikal diasumsikan hanya
menahan gaya axial. Secara estetika Lohse lebih mengagumkan dibanding
Langer dan lebih sesuai untuk daerah perkotaan sedangkan Langer untuk
daerah pegunungan.
Jembatan Pelengkung Truss dan Pelengkung Nielsen
Umumnya
elemen diagonal tidak digunakan pada jembatan pelengkung karena akan
mempersulit analisa struktural. Bagaimanapun, kemajuan teknologi
komputer mengubah pandangan tersebut. Tipe baru jembatan pelengkung,
seperti pelengkung truss yang menggunakan batang diagonal truss pada
elemen vertikal atau desain Nielsen Lohse yang menggunakan batang tarik
sebagai diagonal. Elemen web diagonal meningkatkan kekakuan pada
jembatan melebihi elemen vertikal. Seluruh elemen jembatan truss hanya
menahan gaya axial. Di lain pihak, jembatan truss pelengkung
menahan lentur dengan rusuk lengkung, gelagar, atau keduanya. Karena
diagonal jembatan Nielsen Lohse hanya menahan gaya tarik axial, mereka
mendapat tekanan sebelumnya oleh beban mati untuk mengimbangi gaya tekan
oleh beban hidup.
J. Bentuk Struktur Jembatan yang Lain
Bentuk
struktur jembatan lain yang dikenal adalah jembatan kabel. Jembatan
kabel pendukung atau jembatan kabel penggantung digambarkan sebagai
jembatan dengan geladak yang didukung oleh kabel fleksibel. Pada
prinsipnya jembatan tersebut diklasifikasikan menjadi tipe gantung
dimana geladak jembatan didukung menerus oleh kabel catenary yang direntangkan, tipe cable-stayed (tarik) dimana geladak terpisah dan digantung langsung dengan kabel penarik (stay), dan tipe kombinasi keduanya. Struktur gantung dan tarik dapat diaplikasikan untuk atap dan bangunan.
Meskipun beban mekanisme penahan berbeda, jembatan gantung dan jembatan cable-stay (tarik) secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
? Terdiri dari kabel, geladak jembatan dengan gelagar solid-web atau rangka batang, dan menara.
? Menguntungkan untuk bentang panjang karena kabel terpusat hanya untuk tarik. Kawat (wire)
baja terdiri dari kabel berkekuatan tarik yang sangat tinggi, meskipun
lebih ekonomis untuk penggunaan pada jembatan pejalan kaki dengan
bentang pendek hingga medium.
? Keseluruhan struktur lebih fleksibel dibandingkan dengan struktur lain pada bentang yang sepadan.
? Struktur yang lengkap dapat didirikan tanpa penyangga lanjutan dari tanah.
? Struktur utamanya rapi dan menunjukkan fungsinya dengan tampilan transparan.
Jembatan Gantung
Komponen jembatan gantung (Gambar 9.32) berupa
? Kabel utama yang menggantung gelagar jembatan
?
Menara utama mendukung kabel utama. Kadang-kadang subtower yang lebih
rendah diletakkan di antara menara utama dan kabel pengangker untuk
mengarahkan kabel menuju pengangkeran.
? Gelagar pengaku, baik gelagar solid-web maupun truss, akan disatukan dengan geladak jembatan
? Penggantung (hanger atau suspender) akan menghubungkan geladak jembatan dengan kabel utama
? Pengangkeran, merupakan angker kabel utama. Biasanya berupa blok beton masif tempat bingkai angker ditanam.
Sistem struktur jembatan gantung dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor:
? Jumlah bentang
Jembatan
gantung mungkin berupa bentang tunggal, bentang dua, bentang tiga, atau
bentang banyak (Gambar 9.33). Jumlah menara utama satu untuk bentang
dua, dua untuk bentang tunggal dan bentang tiga, dan lebih dari dua
untuk bentang banyak. Jembatan gantung bentang dua jarang digunakan
karena kurang efisien. Jembatan gantung bentang tunggal mempunyai
backstays lurus. Jembatan gantung bentang tiga yang paling umum dipakai
terutama untuk jembatan bentang panjang dengan perbandingan bentang
samping
– bentang utama 0.2 – 0.5.
Meskipun jembatan gantung bentang banyak jarang digunakan karena
fleksibilitasnya besar, dapat diterapkan untuk dipelajari melintasi
selat di masa mendatang. Perhatian utama untuk jembatan gantung bentang
banyak adalah perencanaan menara antara dan kabel pendiriannya.
? Urutan pengakuan gelagar.
Pengakuan
gelagar secara sederhana didukung pada setiap bentang atau menerus
melewati dua atau lebih bentang. Bentuk itu disebut dua sendi dan
umumnya digunakan untuk jembatan jalan. Meskipun gelagar menerus dengan
pendukung antara tidak ekonomis, hal itu menguntungkan untuk jembatan
rel untuk meningkatkan kelancaran kereta api.
? Pengaturan gantungan
Gantungan
ada yang vertikal maupun horisontal. Bahkan kini stuktur gantung dibuat
seperti rangka batang yang disatukan dengan kabel utama dan geladak
jembatan.
? Metode pengangkeran kabel
Kabel utama jembatan gantung diangkerkan kepada blok angker atau diangkerkan sendiri ke gelagar pengaku.
Jembatan Kabel Tarik (Cable-Stayed Bridge)
Kemungkinan
desain jembatan kabel tarik (Gambar 9.34) sangat banyak karena
banyaknya variasi alternatif untuk konfigurasi, sistem struktur, dan
kekakuan relatif dari setiap elemen. Hal itulah yang menyebabkan mengapa
jembatan kabel tarik dapat diaplikasikan bukan hanya untuk jembatan
yang sangat panjang tetapi juga bisa untuk jembatan pejalan kaki
berbentang pendek. Berlawanan dengan jembatan gantung, jembatan kabel
tarik merupakan sistem struktur tertutup, dengan kata lain lebih ke arah
sistem self-anchored. Karena jembatan kabel tarik dapat
dibangun tanpa blok angker yang besar dan penyangga temporer, akan
sangat menguntungkan diterapkan pada daerah di mana kondisi lahan tidak
terlalu baik. Jika dibandingkan dengan jembatan gantung, jembatan kabel
tarik lebih kaku karena kabel lurus hingga mendekati batas panjang
bentang yang mungkin lebih panjang dari sebelumnya. Meskipun struktur
bentang tiga paling umum digunakan, tetapi struktur dengan bentang dua
bisa diterapkan dalam jembatan kabel tarik. Apabila sisi bentang sangat
pendek, semua atau beberapa kabel tarik diangkerkan ke tanah. Angker
tanah jembatan kabel menyebabkan seluruh struktur menjadi kaku dan lebih
menguntungkan perencanaan jembatan kabel tarik yang sangat panjang.
Sumber :
Ariestadi,
Dian, 2008, Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 429 – 462.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment